Pages

Labels

Senin, 19 Oktober 2009

Remassa FC Mulai Berlatih


Remassa FC kembali berlatih setelah sempat vakum beberapa waktu. sebelumnya pada sabtu, 17/10/09 mengadakan rapat perencanaan untuk memulai latihan. Dalam pertemuan itu dibahas beberapa kendala yang dihadapi, sekaligus diadakan reshuffle pengurus. Terpilih Irvan Ardiayanto sebagai ketua. Diputuskan juga untuk mengumpulkan dana guna menyediakan fasilitas berupa bola. Akhirnya pada ahad, 18/10/09 terkumpul dana lebih dari 100 ribu dan digunakan untuk membeli bola. Salah satunya adalah sumbangan dari salah satu warga yang peduli dengan Remassa.
Pada ahad, 18/10/09 pun latihan dimulai bertempat di Lapangan Kebonagung Minggir Sleman. Pada latihan perdana tersebut diikuti oleh cukup banyak anggota Remassa FC.

Sabtu, 10 Oktober 2009

Nanggulan, Dusun Bersejarah yang Terlupakan

Letaknya jauh di ujung barat Kabupaten Sleman. Sekitar 20 Km dari pusat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk menjangkaunya cukup mudah jika Anda menempuh jalan dari Tugu Yogyakarta. Dengan mengikuti jalan lurus ke Barat, dan setelah melewati setidaknya 8 trafic light, sebelum jembatan Kebonagung 1 (Jembatan Ngapak) mengambil arah kanan, Anda akan menemukan Dusun Nanggulan. Tepatnya, Dusun Nanggulan, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman.
Dusun yang masih menyimpan keasrian dengan suasana pedesaan. Hamparan sawah mengelilingi. Jika Anda mengedarkan pandang ke barat, akan tampak panorama Pegunungan Menoreh yang membujur dari utara ke selatan. Di sebelah barat dusun membentang Sungai Progo dengan segala kehasannya. Batu-batu yang besar dengan pasir menghitam berserakan di tepian. Dan Air yang jernih. Atau ikan-ikannya yang terkenal lezat untuk disantap.
Bagi generasi kini, tidak banyak yang tahu bahwa dusun ini menyimpan sejarah penting dalam perjuangan bangsa Indonesia. Terutama pada awal masa kemerdekaan. Dusun ini hanya dipandang sama seperti dusun-dusun lain yang tidak penting untuk diceritakan. Barangkali bagi generasi kini Nanggulan hanya dikenal sebagai dusun yang termasuk maju dalam beberapa hal pada lingkup tertentu.
Dengan luas wilayah yang termasuk terluas di Sendangagung, Nanggulan memang memiliki beberapa keunggulan. Jumlah penduduknya lebih dari 500 orang atau kurang lebih 200 KK. Terbagi dalam 6 Rt dan 3 Rw. Dengan jumlah itu pemenuhan SDM untuk berbagai kegiatan pun cukup terbantu. Misal dalam berbagai lomba keagamaan, kesenian atau olah raga cukup mudah untuk memilih wakil yang dianggap terbaik. Tidak heran bila dalam lingkup Desa/Kecamatan, Nanggulan sering mendapatkan prestasi lumayan.
Dari segi pembinaan SDM juga demikian. Salah satu aset yang sangat berharga adalah adanya SD Sendangagung, yang konon dulunya dibangun secara swadaya oleh masyarakat. Termasuk SD tertua yang ada di Kecamatan Minggir. Pun dalam bidang pendidikan keagamaan, Nanggulan memiliki 1 masjid dan 2 mushalla. Yakni, Masjid Sabilul Muttaqin, Mushalla Al Baqarah dan Mushalla Nurul Huda. Sedangan kegiatan keagamaan yang ada yakni: TPA/Madrasah Sabilul Muttaqin, Pengajian Remaja Masjid (setiap malam jumat), Pengajian Yasinan untuk bapak-bapak (setiap malam Jumat), pengajian Yasinan ibu-ibu (setiap malam jumat), pengajian rutin bulanan bapak-bapak (setiap tanggal 10-an), pengajian padang bulan khusus ibu-ibu (setiap tanggal 15 hijriyah) dan pengajian lain yang bersifat insidental. Semua itu dilakukan dengan harapan Nanggulan dapat menjadi the religious village, sehingga tercipta ketentraman dan kedamaian hidup.

Nanggulan dalam Sejarah Perjuangan Bangsa
Pada awal-awal kemerdekaan Dusun Nanggulan pernah menjadi salah satu tempat untuk pendidikan bagi calon anggota Kepolisian Republik Indonesia. Menurut pelaku sejarah yang sempat kami wawancarai. Pada waktu itu kepolisian dan masyarakat sekitar saling bantu-membantu agar pendidikan bagi anggota polisi dapat berjalan dengan baik. Sehingga mereka rela menyumbangkan bahan makanan atau yang lainnya.
Satu hal yang cukup unik adalah pada waktu itu minim sekali para pemuda yang bersedia menjadi polisi, sangat berbeda dengan saat ini. Tidak heran bila pada waktu itu beberapa calon yang semula dianggap tidak lolos seleksi akhirnya dipanggil kembali untuk mengikuti pendidikan. Ketidakbersediaan para pemuda atau masyarakat saat itu dapat dipahami karena tugas polisi memang berat. Mereka tidak hanya berkewajiban menjaga keamanan negara tetapi juga turut serta bersama TNI mempertahankan kemerdekaan. Tidak heran jika satu waktu mereka ditempatkan di barisan depan, berhadapan langsung dengan serdadu Belanda.
Keunikan yang lain, entah disengaja atau tidak saat ini Dusun Nanggulan juga termasuk salah satu Dusun dengan warga yang menjadi Polisi cukup banyak. Baik yang berdinas di lingkungan POLDA DIY maupun di luar daerah.
Salah satu peninggalan sejarah yang dapat disaksikan samapi kini adalah, sebuah rumah joglo di Dusun Nanggulan yang dahulu merupakan komplek tempat pendidikan. Peninggalan yang lain dapat juga disaksikan di Monumen Yogya Kembali, berupa seperangkat meja-kursi dan senthir (lampu minyak) yang dahulu digunakan pada masa pendidikan Polri di Nanggulan. Meja dan senthir tersebut disumbangkan ke Monumen Yogya Kembali oleh keluarga R. Sukapsir Martobronto, yang juga saat ini menempati komplek rumah joglo tersebut.
Sebagai hadiah, sebetulnya kepolisian RI pernah memberikan bantuan berupa pembangunan prasasti yang kemudian diwujudkan dalam bentuk Gedung Serbaguna, dan agar lebih bermanfaat bagi orang banyak, akhirnya Gedung itu dibangun di pusat kalurahan Sendangagung. Sehingga tidak heran sampai sekarang Anda tidak akan menemukan prasasti apapun di Dusun Nanggulan yang menandakan bahwa di sana pernah menjadi tempat pendidikan anggota POLRI. Menjadi bagian dari sejarah POLRI dan juga bangsa Indonesia.
Itulah, Dusun Nanggulan. Dusun bersejarah yang terlupakan.
[ditulis oleh eko triyanto. Kritik dan saran bisa dialamatkan ke:
remassa313@gmail.com]

Syuting Film ‘Negeri Ilalang’ Akhirnya Dihentikan Sementara


Remassa Production akhirnya menghentikan untuk sementara produksi film Negeri Ilalang. Penghentian itu terkait dengan adanya beberapa kendala, terutama minimnya SDM yang ada. Menurut salah satu sutradara film tersebut, Anggia Vindrisasi ketika diwawancarai menyebutkan kemungkinan produksi akan dilanjutkan pada libur semester mendatang.
Film yang bercerita tentang dilema para perantau dan kecintaan terhadap kampung halaman tersebut semula direncanakan selesai sebelum idul fitri sehingga dapat diputar saat syawwalan jamaah. Tetap produksi terpaksa dihentikan karena schedule mengalami perubahan dan penundanaan.
Meskipun proyek tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan akan tetapi sebagai bentuk kreativitas dan ajang pengekspresian diri secara positif tentu harus tetap mendapat dukungan.
[selamat berkarya untuk remassa production crew]

Meski Listrik Sempat Padam, Pengajian Rutin Remassa Tetap Jalan

Pengajian rutin Remassa putaran kedua sempat diawali dengan padamnya listrik. Pengajian yang diadakan pada kamis, (8/10) tersebut bertempat di rumah Dwi Atmoko (profilnya pernah dimuat di Harian Kompas, silakan lihat di www.kompascybermedia.com/www.kompas.com). Meski listrik padam akan tetapi cukup banyak peserta yang hadir. Dalam pengajian putaran kedua ini lebih banyak melakukan koordinasi untuk pelaksanaan pengajian rutin selanjutnya.

Lebih Dekat dengan Supriyadi, Wakil Ketua Remassa


Supriyadi, lahir di Sleman 27 Oktober 1986. Anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Hamdani dan Sri Supartinah (alm). Menyelesaikan pendidikan SD samapi dengan SLTA di sekolah-sekolah negeri yang ada di Kecamatan Minggir. Selepas SMA kemudian menyelesaikan program profesi chef di Budi Mulia Dua Culinary School, salah satu sekolah yang dirintis dan dikelola oleh Prof. Dr. Amien Rais.
Saat ini Supriyadi menekuni bidang wiraswasta di usianya yang masih muda. Salah satu hobinya adalah menulis baik artikel maupun dalam bidang sastra yakni puisi dan cerpen.

Kamis, 08 Oktober 2009

'Ibrah dari Gempa

Bencana bisa jadi merupakan teguran dari Allah untuk hamba-Nya agar kembali ke jalan yang lurus.


Gempa Tasik pukul : 15: 04

“Dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan ada baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan.” (QS. Al Hijr [15]:4)


Gempa Padang pukul: 17:16

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Al Israa’ [17]: 16)


Gempa Susulan pukul: 17: 58

“Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh).” (Al Israa’: [17]: 58)


Gempa Jambi pukul: 8: 52

“(keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi amat keras siksaan-Nya.” (Al Anfaal [8]: 52)

Taken from: abu fatah on line

Minggu, 04 Oktober 2009

D’ Nasyid (Remassa Band) Mencoba Eksis dengan Fasilitas Terbatas


Setelah berhasil mencuri perhatian pada penampilan perdananya dalam pengajian Tarhib Ramadhan, Remassa Band kembali dipercaya untuk tampil mengisi acara dalam pengajian syawalan. Kesempatan itu tak luput dari peran beberapa pengurus Takmir yang menyambut antusias mereka dalam bermain musik. Remassa Band merupakan unit kegiatan Remassa paling anyar. Tetapi dengan kerja keras dan mencoba untuk serius mereka berharap akan semakin baik. Meskipun saat ini untuk berlatih mereka masih harus menyewa studio.
Remassa Band beranggotakan Supri (rythem), Endarto (melody), Syiarohudin (Bass), Joko Pujiantoro (drum) dan Yusuf Arifin (Vocal). Juga didukung oleh Dwi Atmoko, Khanif dan Sujud/Marwan.
Maju terus Remassa Band!!!

Listrik Padam, Panitia Pengajian Syawalan Kelabakan

Huff, seolah Remassa enggan untuk tidak membuat ‘masalah’. Belum lagi reda dan dingin pikiran serta tenaga mempersiapkan kegiatan ramadhan dan Karnaval Takbir acara baru telah menanti. Pengajian Syawalan! Dan dengan langkah kilat serta perundingan super kilat diputuskanlah mengadakan pengajian syawalan satu jamaah pada hari Sabtu (27/09/09) bertempat di Masjid Sabilul Muttaqin Nanggulan Sendangagung Minggir Sleman.
Selepas shalat Jumat pada 26/09/09 semuanya hampir belum ada. Dana, undangan, dekorasi, pembicara, dan lainnya. Akhirnya dengan langkah cepat dibuatlah undangan, dan proposal pencarian dana, selepas Magrib udangan sudah mulai terdistribusi dan dana pun sudah masuk sebagian. Pekerjaan yang lain masih menunggu: mencari pembicara! Dan dengan berbagai upaya setelah beberapa ustadz tidak bisa, padahal sudah jam setengah sembilan malam, akhirnya pertolongan Allah tiba, ada ustadz cukup jauh yakni dari Seyegan berhasil dihubungi dan bersedia, yakni Ust. Ismono, S.Pd.I.
Tidak cukup sampai di situ, teman-teman dari D’Nasyid (Remassa Band) yang didaulat untuk pentas pun mesti lembur berlatih agar dapat tampil optimal. Mereka hanya punya waktu semalam plus sehari! Pagi hari 27/09/09 dengan panggilan lewat pengeras suara dari Masjid anggota Remassa bergegas kumpul. Meeting singkat dimulai, checking dana yang masuk, pengalokasian anggaran dan pembagian dana. Hal penting dan urgen yang belum disinggung sebelumnya adalah konsumsi, akhirnya semua tiu diserahkan sepenunya kepada Vindri dan remaja putri lainnya. Mereka harus memutar otak dengan dana dan waktu yang terbatas. Sementara dekorasi dan penataan panggung memanfaatkan ‘sisa-sisa’ dekorasi takbir dan pengajian yang lalu.
Selepas magrib, hampir semua telah siap, kecuali sound dan alat band yang baru datang. Panitia pun dibuat tegang karena masih harus memasangnya dan check sound.
Ketika acara sudah mulai, masalah lain muncul, peserta ternyata cukup banyak, sehingga panitia kesulitan dalam penempatannya mengingat tempat yang kurang memadai. Tidak Cuma itu ketika Remassa Band hendak pentas untuk kedua kalinya, pettt, ternyata listrik padam. Panitia pun kelabakan mesti mencari lampu emergency dan genset. Namun acara dapat berjalan kembali dengan baik sampai usai. Alhamdulillah…

Pelajaran buat kita Bung!!! Agar lebih mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik.
Salam buat Mujahid-Mujahid Remassa.

Sabilul Muttaqin Berhasil Menyabet Juara Pertama Karnaval Takbir


Jamaah Masjid Sabilul Muttaqin, Nanggulan, Sendangagung, Minggir berhasil keluar sebagai juara pertama pada Karnaval Takbir Idul Fitri 1430 H yang diselenggarakan Pemuda Muhammadiyah (PM) dan Nasyiatul ‘Aisyiah (NA) Ranting Sendangagung. Kegiatan yang digelar pada Sabtu (19/09/09) diikuti 15 peserta dari 15 Jamaah. Start dan finish bertempat di Lapangan Kebonagung. Juara II diraih Jamaah Masjid Al Hidayah Mandungan dan Juara III Masjid An Namirah Kliran.
Selain memperebutkan piala tetap dan sejumlah hadiah, juara pertama juga berhak memperoleh piala bergilir. Bagi Jamaah Sabilul Muttaqin, kemenangan ini sekaligus melengkapi kemenangan tim CCA yang pada lomba Ramadhan juga berhasil menjadi juara pertama. Sekaligus secara berturut-turut selama 3 tahun menjadi juara pertama CCA.
Kemenangan Tim Takbir tersebut tidak lepas dari kerja keras dan kekompakan Remaja Masjid Sabilul Muttaqin (Remassa), Generasi Muttaqin (sebutan untuk santri Madrasah Diniyah Sabilul Muttaqin) dan didukung seluruh elemen jamaah.
Kreasi yang ditampilkan yakni berupa tulisan “Allah” berukuran besar yang berhiaskan lampu warna-warni. Sebagai motor penggerak dalam menampilkan berbagai kreasi adalah seksi Takbir yang beranggotakan Purwanto, Agung Badarudin dibantu oleh Supriyadi. Selama beberapa malam mereka dengan senang hati ‘lembur’ guna membuat kreasi yang bagus.
Pada saat start, Remassa sempat dibuat tegang karena ternyata Genset tiba-tiba mati akibat kelebihan beban. Terpaksa harus mencari genset pengganti. Akhirnya sampai akhir lomba bisa berjalan dengan baik. Dengan iringan bedug yang berirama, para santri Madinsa dengan lantang dan khusyuk melantunkan takbir, tahlil dan tahmid. Dan akhirnya keesokan harinya setelah shalat Idul Fitri panitia mengumumkan bahwa Jamaah Masjid Sabilul Muttaqin berhasil meraih juara pertama. Alhamdulillah…
Selamat untuk Remassa dan Madinsa!!!

Lebih Dekat dengan Ketua Remassa: Malik Hanafi Sofyan

(Tulisan berikut besumber dari artikel yang pernah dimuat dalam Majalah Squard’z Smago Squad of Pers edisi 2, dengan judul ‘Our Friend, Our Hero’. Kami sajikan kembali dengan gaya bahasa yang kami biarkan seperti aslinya)

Malik Hanafi Sofyan!!! Siapa sich yang nggak kenal sosok itu??? Iyupzz. Temen kita satu ini adalah salah satu super hero kita di Smago. Ia lahir tujuh belas tahun yang lalu di Nanggulan Sendangagung Minggir Sleman, tepatnya tanggal 20 Juli 1992. Anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Jemari dan Ibu Suratinah.
Banyak temen sekelasnya yang menyamakan sosok Malik dengan Obama. Hah!!! Obama??? Yupz. Obama Presiden Amerika itu lhooww (he..he..). Abizz kalo dilihat sekilas mukanya mirip sich…
By the way, anyway, busway, cowok satu ini punya segudang prestasi yang telah diraih di Smago lho. Mau tau?
Let’s go, check it out …
# Khutbah Juara III tingkat Kabupaten (tahun 2007)
# Khutbah Juara I tingkat wilayah (tahun 2007)
# CCUUD NKRI 1945 Juara 1 tingkat kabupaten (tahun 2008)
# Cerdas Cermat Kesehatan Lingkungan Juara II Poltekes (tahun 2008)
# Khutbah Juara III tingkat wilayah (tahun 2008)
# Lomba Cerita Sejarah Juara II tingkat Provinsi (tahun 2008)
# Outbond di Gumuk Pasir Parangtritis Juara III se-DIY (tahun 2008)
# CCUUD NKRI Juara I tingkat Provinsi (tahun 2009)
# Ranking 3 Kelas X (Paralel tahun 2007/2008)
..Uih amazing..
Untuk berprestasi tadi, dia juga memiliki motivator lhooww… yaitu, Pertama: Orang Tua, beliau berdua selalu memberi dorongan dan mengingatkan untuk belajar. Kedua: diri sendiri, dengan adanya kemauan dan kesempatan, itulah yang mendorong ia ikut dengan keinginan hatinya. Ketiga: kritik guru, ‘yang menjadikanku lebih baik untuk melangkah ke depan’ kata si anak yang hobinya main badminton.
Untuk mempertahankan prestasi itu, dia selalu berlatih dan belajar secara rutin, ‘Karena kebiasaanlah kita bisa,’ katanya.
Selain kegiatan di sekolah, dia juga ikut kegiatan di rumah. Dia ikut Remas (Remaja Masjid) di kampungnya, kesibukkannya Cuma cari ustadz buat pengajian rutin, gityuwwwh, he..he..teuz, ikut bantu bimbing anak TPA (Taman Pendidikan Al Quran) juga lhooww. Walaupun disibukan dengan kegiatan di atas, dia juga tak lupa dengan kegiatan yang lebih penting, for example study, helping the parents, dan tak lupa dia selalu mengerjakan apa yang diperintahkan agamanya yaitu berdoa dan shalat. Di waktu-waktu luang, dia sering menggunakan kesempatan itu untuk belajar tentang UUD dan Ketetapan MPR, why? Karena dia akan mengikuti Lomba CCUUD 2009.
And finally dia dan temen-temennya bisa menang CCUUD and bisa mewakili Propinsi Yogyakarta ke Jakarta lho. Tapi, di sana nggak hanya seneng-seneng. Dia harus berjuang melawan sekolah lain dari berbagai propinsi di Indonesia untuk mendapatkan kemenangan. ‘Kalau besok kita menjadi juaranya, masing-masing dari kita akan mendapatkan Laptop. Jadi aku dan temen-temen akan berusaha sekuat tenaga, soalnya aku juga ingin punya Laptop,’ kata si anak yang menjadi speaker di Timnya CCUUD.
“Kalau aku lulus nanti, insyaAllah aku mau nglanjutin kuliah dan aku berencana untuk membayar kuliahku dengan biaya sendiri,” katanya optimis. Selain itu, dia juga berkata kalo kuliah itu nggak harus di tempat terkenal. Yang paling penting adalah bisa mencukupi kebutuhan hidup kita ke depannya. Waoww.. sangat bijaksana yah..“Kemarin harus lebih jelek dari hari ini.” and “Jadikan kekuranganmu sebagai kelebihanmu.” Itulah motto hidupnya. My Friend, My Hero … Malik Hanafi Sofyan.